UNAIR NEWS – Menghadapi situasi perekonomian global yang tidak menentu di antara isu perang dagang dan krisis kesehatan, Menteri Koodinator Bidang Perekonomian, Dr. (HC) Ir. Airlangga Hartanto, MBA., MMT., IPU. hadir di antara mahasiswa Universitas Airlangga (UNAIR) untuk membagikan pandangannya dalam kuliah umum.
Kuliah umum bertempat di Aula Fadjar Notonagoro, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNAIR, pada Rabu (29/1/20). Acara tersebut mengambil tema utama “Arah Perkembangan Perekonomian Indonesia ke Depan dalam Mewujudkan Pembangunan yang Inklusif dan Berkelanjutan”.
Rektor UNAIR Prof. Dr. Mohammad Nasih, SE., M.T., Ak., CMA dalam sambutannya mengungkapkan langkah serius UNAIR untuk terus terlibat dalam perekonomian nasional melalui teaching industry.
“Kita saat ini sedang mengembangkan teaching industry di Madura. Hal ini tentunya untuk mewadahi dan meningkatkan inovasi mahasiswa-mahasiswa kita. Karena bagaimanapun perguruan tinggi menjadi tempat utama bagi pengembangan inovasi dan pembangunan perekonomian yang mapan,” ungkap Prof. Nasih.
Airlangga dalam pembukaannya menyoroti mengenai ketidakpastian yang hadir dalam perekonomian global saat ini. Di mana hampir setiap negara di dunia memiliki tren pertumbuhan ekonomi yang berada di bawah rata-rata pertumbuhan ekonomi global.
“Ada banyak peristiwa yang memberi dampak signifikan pada ekonomi global. Melemahnya European Union karna Brexit, Asia Timur memanas karena persaingan Jepang-Korea, hiperinflasi di Amerika Latin hingga yang terbaru virus corona yang membuat sektor pariwisata, otomotif, hingga perekonomian asia melemah,” kata Airlangga.
Meski peristiwa-peristiwa tersebut membawa efek negatif bagi pertumbuhan ekonomi banyak negara, Airlangga malah mengungkapkan bahwa hal tersebut membawa hal positif bagi pekenomian Indonesia.
Di tengah ketidakpastian tersebut, Asia Tenggara, khususnya Indonesia, muncul sebagai kawasan paling stabil. Hal tersebut terjadi karena beberapa poin penting, di antaranya situasi demokrasi yang baik, lahirnya kerja sama indo pasifik, serta hubungan multilateral yang berkesinambungan antar negara.
“Hasilnya kita bisa melihat nilai tukar Indonesia yang stabil di angka tiga belas ribu enam ratus, serta pertumbuhan ekonomi yang stabil di angka kisaran lima persen. Pun inflasi kita beberapa tahun belakangan mencapai angka terendah di kisaran tiga persen,” ungkapnya.
Akan tetapi di samping pencapaian tersebut, pemerintah masih memiliki segudang pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan. Beberapa di antaranya seperti rendahnya penyerapan tenaga kerja, inklusivitas yang rendah, peningkatan inovasi, hingga perlindungan bagi tenaga kerja maupun industri UMKM.
“Maka dari itu Omnibus Law dan kartu pra-kerja kita hadirkan. Omnibus Law sendiri akan menjadi reformasi struktural Indonesia dalam ekonomi dan ketenagakerjaan. Akan ada banyak penyederhanaan dan kemudahan investasi, bisnis, pengadaan lahan, dan ketenagakerjaan,” kata Airlangga.
Sementara itu kartu pra-kerja memberikan program utama seperti pelatihan, job placement, hingga modal usaha. Turut hadir pula B30 yang mereduksi penggunaan BBM dan dialihkan ke minyak kelapa sawit.
Airlangga kemudian turut menyoroti besarnya skill gap yang ada di Indonesia. Hal ini membuat banyak pelajar lulusan SMA dan SMK tidak terserap dalam industri. Ke depan, pemerintah merencanakan untuk membangun politeknik, vokasi, hingga lembaga pelatihan yang sesuai dengan industri yang berkembang di kawasan terkait.
“Lebih lanjut, kami akan membangun konektivitas kawasan ekonomi, integrasi kawasan utara dan selatan, serta program unggulan di kawasan ekonomi khusus seperti Malang, Jawa Tengah, dan Madura,” ujarnya.
Dalam kuliah umum yang diadakan di Aula Fadjar Notonagoro tersebut, turut hadir berbagai jajaran petinggi universitas dan pemerintahan. Selain itu tidak kurang 800 mahasiswa dari berbagai jurusan turut mengikuti materi yang disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian tersebut. (*)
Penulis: Intang Arifia
Editor: Binti Q. Masruroh